Rabu, 17 Oktober 2012

SURAT GEMBALA MENYAMBUT HARI MINGGU MISI SEDUNIA Ke- 86 21 Oktober 2012


Dibacakan pada waktu Perayaan Ekaristi Hari Minggu Biasa XXIX, 20-21 Oktober 2012, di seluruh Gereja/Kapel Katolik Keuskupan Banjarmasin.

SURAT GEMBALA MENYAMBUT HARI MINGGU MISI SEDUNIA Ke- 86
21 Oktober 2012

”Dipanggil Untuk Mewartakan Sabda Kebenaran”


Kepada Para Pastor, Frater, Bruder, Suster, umat Kristiani Keuskupan Banjarmasin di manapun Anda berada,

Salam Sejahtera.

  1. Pada hari ini, 21 Oktober 2012 Gereja Katolik sedunia merayakan Hari Misi sedunia ke-86. Perayaan tahun ini sangat istimewa karena ditempatkan dalam kaitan dengan beberapa peristiwa penting dalam Gereja sedunia maupun Gereja lokal Keuskupan Banjarmasin.
Minggu lalu bersama Gereja sedunia kita mengawali Tahun Iman yang dimulaii tanggal 11 Oktober 2012 dan akan ditutup pada tanggal 24 November 2013 tahun depan. Tanggal 11 Oktober 2012 memperingati tepat 50 tahun lalu Konsili Vatikan II dibuka oleh Paus Yohanes XXIII di Vatikan. Pada hari-hari ini, dari tanggal 7-28 Oktober 2012 berlangsung di Vatikan Sinode Para Uskup sedunia di bawah pimpinan Paus. Sinode membahas masalah Evangelisasi Baru. Ada dua orang Uskup dari Indonesia, Mgr. Ignatius Suharyo (Uskup Keuskupan Agung Jakarta) dan Mgr. Leo Laba Ladjar, OFM (Uskup Keuskupan Jayapura) hadir mewakili para Uskup Indonesia dalam Sinode itu.
Pada tingkat Keuskupan Banjarmasin, kita sedang dalam semangat tinggi dan keterlibatan penuh mempersiapkan Sinode Keuskupan yang akan berpuncak pada bulan Juli 2013 yang akan datang. Sementara itu Misi Meratus yang dicanangkan pada Musyawarah Kerja Pastoral Keuskupan Banjarmasin (Muskerpas) tanggal 2-6 Februari 2009 di Wisma Sikhar Banjarbaru, sudah memasuki tahun ke empat.

  1. Pesan Bapa Paus Benedictus XVI pada hari Minggu Misi ke- 86 ini berjudul: ”Dipanggil Untuk Memancarkan Sabda Kebenaran”. Manakah Sabda Kebenaran itu? Sebelum naik ke surga, Yesus yang bangkit memerintahkan murud-murid-Nya, ”Pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesutu yang telah Kuperintahkan kepadamu” (Mat 28:19-20).
Misi adalah kelanjutan tugas perutusan yang dipercayakan Bapa kepada Yesus. ”Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu” (Yoh 20:21). Yesus mempercayakan misi itu kepada kita sahabat-sahabat-Nya (Yoh 15:15). Bermisi kepada bangsa-bangsa (ad Gentes) bukan mata pilihan mana suka, melainkan kewajiban yang harus dilaksanakan. Kewajiban bermisi melekat pada diri setiap orang beriman melalui permandian.

  1. Bermisi kepada siapa? Kepada siapa saja yang belum mengenal Yesus sebagaii Juru Selamat. ”Karena Allah itu esa dan esa pula Dia yang menjadi pengantara antara Allah dan manusia, yaitu manusia Kristus Yesus, yang telah menyerahkan diri-Nya sebagai tebusan bagi semua manusia...” (1Tim 2:5-6). Jumlah orang yang menantikan Kristus di Keuskupan kita ini masih sangat besar! Dan kita tidak boleh berpuas diri menyaksikan jutaan masyarakat, saudara-saudari kita itu, yang sama seperti kita telah ditebus oleh Darah Kristus dalam ketidak tahuan tentang kasih Allah dalam Kristus itu (bdk. Ensiklik Beato Yohanes Paulus II, Redemptoris Missio, no. 86). Jadi, adalah kehendak Penyelamat sendiri bahwa semua orang diselamatkan dalam Kristus dan bergabung dalam Gereja-Nya yang Kudus!
Sejak Konsili Vatikan II kita semakin menyadari bahwa Kerajaan Allah yang diwartakan Yesus (Mrk 1:15) adalah kenyataan yang lebih luas dan dalam dari pada Gereja (Katolik) yang kelihatan (Konsili Vatikan II, Lumen Gentium, no 5). Misi adalah pertama-tama Misi Allah untuk membangun Kerajaan-Nya di muka bumi ini. Dan Gereja (Katolik) mengambil bagian dalam misi itu (Konsili Vatikan II, Ad Gentes, no. 2; Redemptoris Missio, no. 12-20).

  1. Bermisi secara bagaimana? Kalau benar Allah sendiri yang membangun Kerajaan-Nya di bumi ini dari awal mula, misi Gereja pertama-tama adalah mendengarkan dengan penuh hormat apa yang Allah kerjakan dalam perbagai bangsa, budaya dan agama sepanjang masa. Tindakan penyelamatan Allah terhadap umat manusia telah hadir di tengah sejarah manusia dalam beragam agama dan budaya bangsa-bangsa (Ensiklik Beato Yohanes Paulus II, Redemptoris Missio, no. 28-29). Maka di satu sisi dengan bangga, penuh keyakinan dan keberanian kita wajib mewartakan, kapan dan di manapun keindahan iman kita kepada orang lain tanpa takut atau malu-malu. Mereka perlu tahu pengalaman iman kita akan Allah yang kita kenal dan mencintai kita dalam Kristus melalui Gereja-Nya. Di lain sisi, kita wajib dengan penuh hormat dan kerendahan hati mendengarkan pengalaman mereka akan Allah Penyelamat menurut kepercayaan mereka dan nilai-nilai yang mereka anut dalam kehidupan mereka. Bersama dengan semua orang, apapun suku, agama, aliran politik dan sistem ekonominya, kita diajak untuk mengupayakan terciptanya nilai-nilai Kerajaan Allah dalam masyarakat kita seperti misalnya: perdamaian, persaudaraan, kerukunan, keadilan, kebenaran, kesejahteraan menyeluruh, kepedulian dan keberpihakan pada kaum lemah, kelestarian dan keutuhan lingkungan hidup dan lainnya. Maka, misi kepada bangsa-bangsa (ad Gentes) menjadi misi bersama bangsa-bangsa (cum Gentibus). Kita tidak hanya memberi kesaksian iman, kita juga belajar beriman lebih otentik, sejati dan murni dari saudara-saudari lain.

  1. Misi Meratus? Dalam berbagai kesempatan sudah disampaikan bahwa Misi Meratus adalah upaya untuk menyapa penduduk ”asli” Kalimantan Selatan dengan kesaksian iman kita. Dengan paham yang diuraikan di depan, Gereja lokal Kalimantan Selatan belumlah sungguh lokal bila penduduk ”asli” (yang lebih dulu hadir di Kalimantan Selatan ini) masih di luar jangkauan pewartaan iman kita. Pewartaan bukan hanya dan pertama-tama dengan kata-kata melainkan melalui kehadiran yang menampilkan buah-buah iman (Mat 7:16.20). Misi Meratus merupakan kerinduan dan tekad kita untuk menampilkan Gereja lokal Kalimantan Selatan dalam wajah lokal yang dapat dikenali, diakrabi, dicintai dan diterima masyarakat lokal di seluruh Wilayah Kalimantan Selatan. Tentu saja tanpa mengecilkan apalagi melupakan, tetap penting dan perlu membina, mengembangkan dan mengakarkan iman umat yang sudah ada supaya semua dan setiap orang sungguh menjadi misionaris-misionaris tangguh, dinamis dan berani bersaksi.
Selamat beriman teguh, berbagi dan bermisi. Tuhan yang mengutus kita untuk bermisi adalah Allah yang setia memenuhi janji-janji-Nya (mat 28:20).
.



Tuhan memberkati. Amin.

Banjarmasin, pada Pesta Santa Theresia dari Avila,
15 Oktober 2012



Mgr. Dr. Petrus Boddeng Timang
Uskup Keuskupan Banjarmasin



Selasa, 02 Oktober 2012

SURAT GEMBALA PEMBUKAAN TAHUN IMAN 11 OKTOBER 2012 Mgr. Petrus Boddeng Timang Uskup Keuskupan Banjarmasin


Dibacakan pada waktu Perayaan Ekaristi Hari Minggu Biasa XXVIII, di seluruh Gereja/Kapel Katolik Keuskupan Banjarmasin.


SURAT GEMBALA
PEMBUKAAN TAHUN IMAN 11 OKTOBER 2012
Mgr. Petrus Boddeng Timang Uskup Keuskupan Banjarmasin

Para Pastor, Frater, Suster serta seluruh umat Katolik di Keuskupan Banjarmasin yang terkasih,

Salam sejahtera bagi anda sekalian,

  1. Paus Benediktus XVI, melalui Surat Apostolik Porta Fidei“Pintu kepada Iman” yang diedarkan pada tanggal 11 Oktober 2011, mencanangkan Tahun Iman. Masa ini dimulai pada tanggal 11 Oktober 2012 dan akan ditutup pada perayaan Hari Raya Tuhan Yesus Kristus Raja Semesta Alam yang jatuh pada tanggal 24 Nopember 2013. Pencanangan Tahun Iman ini adalah dalam rangka memperingati 50 tahun pembukaan Konsili Vatikan II (11 oktober 1962) oleh Paus Yohanes XXIII dan 20 tahun keluarnya Katekismus Gereja Katolik oleh Paus Yohanes Paulus II (11 Oktober 1992). Tahun Iman ini menjadi kesempatan yang sangat bernilai bagi seluruh anggota Gereja - mulai dari para Uskup, para imam, dan seluruh umat – untuk mengerti secara lebih mendalam dasar iman kristiani, yakni: “pertemuan dengan peristiwa dan dengan pribadi, yang memberi kepada HIDUP suatu horison yang baru dan suatu arah yang lebih jelas”. Yang dimaksud adalah pertemuan dengan Pribadi Yesus Kristus yang telah bangkit. Di dalamnya, Iman dengan seluruh kedalaman dan kemegahannya dapat ditemukan kembali. Iman adalah suatu anugerah untuk ditemukan kembali, untuk disemaikan dan untuk diwujudkan dalam kesaksian hidup karena Allah telah memberikan kepada setiap dari kita keindahan dan kebahagiaan sebagai orang kristiani. Untuk itu, Paus mengajak kita untuk memperdalam pengetahuan dan pemahaman iman kita dengan kembali mempelajari sumber-sumber iman kita, misalnya membaca kembali Katekismus Gereja Katolik. Dengan cara ini diharapkan bahwa  seluruh Gereja dapat memulihkan kembali “pemahaman yang tepat atas iman-kepercayaan itu, sehingga dengan demikian juga menguatkannya, memurnikannya, mengukuhkannya dan mengakuinya”.
  2. Menanggapi seruan Bapa Paus Benediktus XVI, Keuskupan Banjarmasin memulai pembukaan Tahun Iman pada Hari Minggu Biasa ke XXVIII ini dengan pembacaan Surat Gembala ini. Pada tingkatan para imam dan biarawan-biarawati, sudah diadakan rekoleksi bersama dengan bahan dari Surat Apostolik Porta Fidei di awal bulan Oktober ini. Kita sungguh bersyukur dengan pencanangan Tahun Iman ini oleh Bapa Paus Benediktus XVI. Ajakan Paus untuk kembali mendalami sumber iman kita sungguh sejalan dengan apa yang dihasilkan oleh kegiatan Pra-Sinode di tingkat Paroki di Keuskupan kita. Semua Paroki menyadari dan menyatakan bahwa persoalan utama yang ada di paroki-paroki berakar pada kurangnya pengetahuan, pemahaman, dan perwujudan iman Katolik dalam kehidupan sehari-hari. Keprihatinan dan kesadaran ini, mau tidak mau, mendorong kita untuk kembali mencari dan menemukan Pribadi Kristus yang telah Bangkit dan juga mendorong kita untuk mendalami sumber-sumber iman kita. Saya mengajak para imam, biarawan-biarawati serta seluruh umat sekalian untuk mengisi Tahun Iman ini dengan suatu gerakan untuk mendalami kembali Iman Kepercayaan kita (Credo), menggali kembali sumber-sumber Iman, dan mempelajari Dokumen-dokumen Gereja serta ajaran-ajaran para Bapa Gereja. Apa yang kita lakukan bukan hanya untuk memenuhi seruan dan harapan Bapa Suci Benediktus XVI, tetapi juga sebagai langkah konkrit untuk menjawab keprihatinan yang ditemukan dalam kegiatan Pra-Sinode tingkat Paroki. Kita perlu mengadakan kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan pengajaran iman, baik di tingkat Keuskupan maupun di tingkat Paroki. Hendaknya para Deken, para pastor Paroki, para Ketua Komisi sesuai dengan lingkup dan kewenangan masing-masing menghidupkan kembali dan merintis aneka kegiatan yang dapat meningkatkan pengetahuan dan pendalaman iman umat.
  3. Pada langkah pertama, kita akan membaca dan merenungkan bersama Surat Apostolik Pintu Kepada Iman (Porta Fidei) dalam kegiatan Pra-Sinode di Tingkat Dekenat. Selanjutnya saya berharap bahwa surat apostolik tersebut juga menjadi bahan bacaan dan permenungan para imam, biarawan-biarawati serta umat di tingkat paroki, komunitas/KBG dan komunitas biara. Di tingkat Keuskupan, kita akan mengadakan berbagai kegiatan pengajaran iman yang disesuaikan dengan persiapan menuju Sinode Keuskupan di tahun 2013 nanti. Kegiatan-kegiatan pengajaran dan pendalaman iman kristiani itu meliputi segala usia, baik anak-anak, kaum muda, maupun orang-orang dewasa. Keluarga, sebagai Gereja mini, hendaknya juga menjadi tempat persemaian dan pertumbuhan iman katolik yang benar.
  4. Di tingkat Paroki, diharapkan akan tumbuh semangat baru untuk mendalami Iman- Kepercayaan kita. Selain Kitab Suci, buku-buku yang bisa membantu kita untuk mengenal Kristus dengan lebih baik serta memperdalam iman kita adalah Katekismus Gereja Katolik, buku Iman Katolik serta Kompendium Gereja Katolik. Hendaknya tema-tema yang diangkat dalam buku-buku itu diusahakan untuk diwartakan, didalami, dan dibicarakan dalam pertemuan-pertemuan umat maupun pertemuan dalam keluarga. Sekolah-sekolah katolik, sebagai tempat pembinaan dan pendidikan bagi para siswa, seyogyanya juga menjadi tempat pengajaran iman dan wadah bagi kesaksian iman kristiani.
  5. Saudari-saudara yang terkasih, selama Tahun Iman, semua orang beriman dipanggil untuk memperbaharui kurnia iman yang telah diterimanya dan digerakkan oleh iman yang hidup mampu membina sikap tobat serta hidup berdasarkan imannya. Terdorong oleh kebahagiaan hidup sebagai buah pertemuannya dengan Yesus Kristus,  semua orang beriman harus berupaya untuk membagikan pengalaman iman dan kasih mereka, baik kepada saudara seiman maupun saudara-saudari yang tidak seiman, bahkan kepada mereka yang tidak beriman sehingga kabar gembira keselamatan yang dibawa dan diwartakan oleh Kristus juga bisa sampai kepada semua orang.
  6. Pada kesempatan ini, saya juga ingin mengucapkan terima kasih kepada para misionaris yang telah memulai penyebaran benih iman di Keuskupan ini. Para Uskup pendahulu saya, para imam, para biarawan-biarawati serta katekis yang telah turut serta menaburkan, menyemaikan dan memelihara benih-benih iman sehingga Gereja di Keuskupan Banjarmasin bisa bertumbuh dan berkembang hingga saat ini. Semoga benih-benih tersebut tetap tumbuh dengan baik dan nantinya menghasilkan buah yang melimpah demi kemuliaan Tuhan dan keselamatan semua orang.

Selamat menjalani dan mengisi Tahun Iman yang penuh rahmat ini dengan semangat untuk memperdalam dan memperbaharui iman yang memungkinkan kita bertemu dengan Pribadi Yesus Kristus yang bangkit dan mengaruniakan rahmat keselamatan Tuhan memberkati Anda sekalian.

Diberikan di Banjarmasin, pada Pembukaan Tahun Iman, 11 Oktober 2012



Mgr. Petrus Boddeng Timang
Uskup Keuskupan Banjarmasin