Rabu, 28 November 2012

Oleh-oleh dari Sidang Tahunan dan Sinodal Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) 5-15 November 2012 di Jakarta


Oleh-oleh dari Sidang Tahunan dan Sinodal
Konferensi Waligereja Indonesia (KWI)
5-15 November 2012 di Jakarta


1.      Kitab Hukum Kanonik (KHK) menetapkan bahwa “Konferensi Waligereja, suatu lembaga tetap, ialah himpunan para Uskup suatu bangsa atau wilayah tertentu yang melaksanakan perbagai tugas pastoral bersama-sama untuk kaum beriman krisitiani wilayah itu, untuk meningkatkan kesejahteraan yang diberikan Gereja kepada manusia, terutama lewat bentuk-bentuk dan cara-cara kerasulan yang disesuaikan dengan keadaan waktu dan tempat, menurut norma hukum” (KHK, kanon 447).

Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) adalah badan tetap di mana para Uskup se-Indonesia berkumpul untuk membicarakan masalah-masalah pastoral dan cara-cara kerasulan demi pelayanan umat Katolik bahkan masyarakat Indonesia pada umumnya. KWI bukanlah badan di atas Keuskupan-Keuskupan. Ketua KWI bukanlah atasan para Uskup, biarpun beliau itu seorang Kardinal. Setiap Keuskupan otonom dan Uskup yang mengepalai Keuskupan, biasa disebut Uskup diosesan, bukan bawahan Ketua KWI. Uskup diosesan hanya bertanggung jawab terhadap Paus di Vatikan.

Kekuasaan tertinggi KWI ada pada Uskup-Uskup anggota yang bersidang sekali setahun, biasanya pada hari Senin pertama dalam bulan November. Kekuasaan itu dijalankan oleh sebuah Presidium yang bersidang 4 kali setahun, masing-masing selama 3 hari. Dalam Sidang Presidium itu dibahas pelaksanaan dan evaluasi Keputusan-keputusan Sidang Tahunan KWI. Presidium dibantu oleh Komisi-Kimisi yang mengolah, menjabarkan dan menjalankan Keputusan-keputusan Sidang Tahunan tadi. Presidium terdiri dari Ketua (dalam bahasa Inggris: President), dua Wakil Ketua, seorang Sekretaris Jenderal, seorang Bendahara dan beberapa anggota. Sekretaris Jenderal mengepalai Kantor KWI yang berlokasi di Jln. Cut Mutiah 10, Menteng Jakarta Pusat. Tugas sehari-hari Sekretaris Jenderal dilaksanakan oleh seorang Sekretaris Eksekutif, biasanya seorang imam. Tugas-tugas Konferensi dijalankan dalam keseharian oleh Komisi atau Sekretariat yang diketuai oleh seorang Uskup dengan seorang imam/ bruder/ suster/ awam sebagai sekretarisnya dan dibantu oleh anggota-anggotanya.

Dalam tahun-tahun terakhir setiap Sidang Tahunan selalu diawali dan ditutup dengan Rapat Presidium. Sidang sendiri dimulai dengan tiga hari studi yang setiap tahunnya mendalami tema-tema berbeda. Tema diusulkan peserta sidang tahun sebelumnya dan diputuskan dalam salah satu Sidang Presidium.

2.      Sidang Tahunan tahun 2012 adalah sekaligus Sidang Sinodal. Setiap tiga tahun sekali diadakan laporan pertanggung jawaban Presidium dan Komisi-komisi atas kinerjanya selama tiga tahun terakhir. Pada hari sebelum penutupan sidang diadakan pemungutan suara untuk meilih petugas-petugas baru, mulai dari Ketua sampai dengan Ketua Komisi/ Sekretariat.

Tema hari-hari studi tahun 2012 adalah “Keterlibatan Gereja dalam melestarikan keutuhan ciptaan”. Tema ini mencerminkan kepedulian Gereja Katolik terhadap dipelihara dan dilestarikannya ciptaan Tuhan sehingga manusia sebagai ciptaan tertinggi dapat hidup dengan nyaman dan sejahtera di bumi ini bagaikan di rumahnya sendiri. Untuk memperluas wawasan dan mempertajam pandangan peserta, diundanglah 3 pakar yaitu: Prof. DR. Emil Salim, DR. Maria Ratnaningsih, SE, MA, DR. Samuel Oto Sidin, OFM. Cap. Prof. Emil Salim berhalangan hadir karena pada hari beliau diharapkan hadir, beliau sebagai penasihat Presiden bidang lingkungan hidup, harus berangkat bertugas ke Manila. Dr. Maria Ratnaningsih, warga paroki Ciledug Jakarta, seorang pakar dalam lingkungan hidup, asisten Prof. Emil Salim, menegaskan bahwa umat Katolik, siapapun dia, bertanggung jawab karena imannya untuk memelihara dan melestarikan ciptaan yang diciptakan Tuhan untuk menjadi berkat bukan kutuk bagi sesama. Pater Samuel Oto Sidin, adalah seorang Imam Kapusin mantan provinsial, yang menerima anugerah Kalpataru dari Presiden, karena berhasil menghijaukan kembali sebuah bukit di Kalimantan Barat. Bukit yang semula gundul beliau tanami dengan berbagai jenis pohon sehingga bukit menjadi penangkap air dan jadi sumber mata air bagi masyarakat sekitarnya.

Hasil akhir dari tiga hari studi itu adalah suatu seruan berupa “Pesan Pastoral Sidang KWI Tahun 2012 Tentang Ekopastoral”. Teks dapat diakses melalui beberapa media dan sudah dikirimkan kepada semua pastor paroki supaya disebarluaskan kepada umat dan masyarakat pada umumnya. Seruan itu pada bagian akhir mengajak berbagai pihak dalam masyarakat: para pengambil kebijakan publik, pelaku bisnis dan umat kristiani. Semua diingatkan tanggung jawabnya masing-masing supaya dalam kegiatannya yang sah tidak menciderai ciptaan sehingga mengakibatkan kesengsaraan bagi manusia. Dengan demikian Pesan Pastoral ini bisa menjadi pintu masuk kedalam percakapan dengan siapa saja yang berkaitan dengan pemeliharaan dan pelestarian lingkunagn hidup: pemegang hak pengelolaan hutan, perkebunan monokultur seperti kelapa sawit, pertambangan, hasil laut, penanggung jawab pengolahan limbah rumah tangga, pabrik, maupun masyarakat umum.

Para peserta tiga hari studi itu di samping para Uskup anggota KWI dan Uskup Emeritus, juga para imam/ awam, utusan dari Keuskupan-Keuskupan. Mereka itu umumnya penggiat dalam Komisi Keadilan dan Perdamaian serta Keutuhan Ciptaan (singkatan dalam bahasa Inggris: JPIC). Hadir mewakili Keuskupan Banjarmasin, Pastor Jeremias L, CICM, pastor rekan paroki Stella Maris Sungai Danau, yang akrab dengan maraknya penambangan batubara sampai di pemukiman penduduk.

3.      Seusai hari studi, para peserta pulang ke Keuskupan masing-masing dan para Uskup melanjutkan sidang. Para Uskup Emeritus, Kardinal Darmaatmaja, SJ, Mgr. F.X. Hadisumarta, O. Carm, juga pulang ke tempat masing-masing. Hanya Mgr. Blasius Pujaraharja, mantan Uskup Ketapang bertahan sampai akhir sidang. Para Uskup Ketua Komisi didampingi oleh Sekretaris Eksekutif Komisi melaporkan kegiatan selama 3 tahun terakhir. Disertakan pula evaluasi, rencana ke depan dan rekomendasi-rekomendasi.

Di sela-sela laporan itu dibahas juga 2 naskah lain yaitu Pesan Natal Bersama PGI-KWI 2012 dengan judul “Allah telah mengasihi kita”. Teks yang sudah diterima PGI dibahas lagi beberapa kali dalam  beberapa sidang sampai akhirnya dihasilkan teks yang sampai kepada masyarakat luas karena dapat diakses di beberapa sumber media. Pesan itu jangan hanya dibacakan pada saat perayaan Natal bersama melainkan menjadi bahan permenungan sepanjang Tahun Iman dan tahun-tahun selanjutnya.

Masih ada satu rancangan yang belum matang untuk diterbitkan pada akhir sidang. Satu tim kecil dibentuk untuk menyempurnakan teks sehingga sapaan pastoral kepada korban NARKOBA itu siap diedarkan pada hari Anti Narkoba bulan Juni 2013 yang akan datang.

4.      Dalam Sidang Sinodal 2012 ini diadakan pula pemilihan petugas-petugas baru untuk tiga tahun ke depan (2012-2015). Mereka yang sudah bertugas satu periode (2009-2012) masih boleh terpilih untuk satu periode lagi. Sedangkan mereka yang sudah menjabat dua periode berturut-turut (6 tahun) tidak diperkenankan lagi terpilih untuk jabatan yang sama. Pemilihan tertutup, rahasia, tapi dijamin tanpa politik uang. Karen jabatan itu tidak mengenal gaji, tunjangan, uang duduk dan semacamnya. Paling penggantian uang transport dari tempat asal ke Jakarta dan kembalinya! Demikianlah Mgr. Situmorang, OFM Cap Ketua sebelumnya tidak terpilih lagi. Sebagai Ketua, terpilih Mgr. Ignatius Suharyo, Uskup Keuskupan Agung Jakarta dan sekaligus Uskup TNI/ Polri dan saat ini merangkap Administrator Apostolik Keuskupan Bandung (sejak kepindahan Mgr. Y. Pujosumarta ke Semarang 2 tahun lalu, Keuskupan Bandung belum mempunyai seorang uskup). Bersama Mgr. Ignatius Suharyo ada beberapa petugas baru, tetapi sebagian masih melanjutkan dari periode sebelumnya (2009-2012). Demikianlah saya masih dipercaya oleh rekan-rekan Uskup untuk duduk di Presidium sebagai anggota, mengetuai Komisi Teologi dan melanjutkan pendampingan terhadap Pembaharuan Karismatik Katolik Indonesia (PKKI) dengan menjadi Uskup Penasehat (Episkopal Advisor) Badan Pelayanan Nasional Pembaharuan Karismatik Katolik Indonesia (BPN PKKI).

Seperti diketahui dari 37 Keuskupan di Indonesia, ada dua Keuskupan yang lowong, tanpa Uskup (bahasa Latin: sede vacante) dan dikepalai oleh pejabat sementara yang mewakili Bapa Suci (Administrator Apostolik). Keuskupan Bandung (Uskupnya dipindah ke Semarang) dijabat sementara oleh Uskup Agung Jakarta dan Keuskupan Tanjung Karang (Lampung) yang lowong karena Mgr. Henrisoesanto pensiun dipercayakan kepada Mgr. Aloysius Sudarso SCY, Uskup Agung Palembang sebagai “Administrator Apostolik”.

Tiga tugas berbeda di KWI sekaligus di samping tugas utama sebagai Uskup diosesan tentu saja memakan banyak waktu dan tenaga. Namun pengalaman selama 3 tahun terakhir membuktikan bahwa para pastor di paroki dan Komisi-komisinya masing-masing serta Dewan Harian Keuskupan (Curia) bekerja dengan sangat rajin dan penuh dedikasi sehingga pelayanan kepada umat tidak terabaikan meskipun Uskup diosesan termasuk Uskup yang “biasa di luar” alih-alih Uskup yang luar biasa. Terimakasih kepada KWI atas kepercayaan yang diberikan, apresiasi, penghargaan yang tinggi kepada para pastor dan umat atas kerjasama dan pengertiannya.

Selamat memasuki masa Adven dan mempersiapkan Perayaan Natal 2012. Selamat menyongsong Tahun Baru 2013. Kita songsong hari esok yang berisi, bermakna, serta mencerahkan. Tuhan memberkati kita, usaha, pekerjaan kita.


Banjarmasin,
Pada Hari Raya Kristus Raja Semesta Alam
25 November 2012


Mgr. Petrus Boddeng Timang
Uskup keuskupan Banjarmasin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar