Oleh-oleh dari Sidang Tahunan dan
Sinodal
Konferensi Waligereja Indonesia
(KWI)
5-15 November 2012 di Jakarta
1. Kitab
Hukum Kanonik (KHK) menetapkan bahwa “Konferensi Waligereja, suatu lembaga
tetap, ialah himpunan para Uskup suatu bangsa atau wilayah tertentu yang
melaksanakan perbagai tugas pastoral bersama-sama untuk kaum beriman krisitiani
wilayah itu, untuk meningkatkan kesejahteraan yang diberikan Gereja kepada
manusia, terutama lewat bentuk-bentuk dan cara-cara kerasulan yang disesuaikan
dengan keadaan waktu dan tempat, menurut norma hukum” (KHK, kanon 447).
Konferensi Waligereja Indonesia (KWI)
adalah badan tetap di mana para Uskup se-Indonesia berkumpul untuk membicarakan
masalah-masalah pastoral dan cara-cara kerasulan demi pelayanan umat Katolik
bahkan masyarakat Indonesia pada umumnya. KWI bukanlah badan di atas
Keuskupan-Keuskupan. Ketua KWI bukanlah atasan para Uskup, biarpun beliau itu
seorang Kardinal. Setiap Keuskupan otonom dan Uskup yang mengepalai Keuskupan,
biasa disebut Uskup diosesan, bukan bawahan Ketua KWI. Uskup diosesan hanya
bertanggung jawab terhadap Paus di Vatikan.
Kekuasaan tertinggi KWI ada pada
Uskup-Uskup anggota yang bersidang sekali setahun, biasanya pada hari Senin
pertama dalam bulan November. Kekuasaan itu dijalankan oleh sebuah Presidium
yang bersidang 4 kali setahun, masing-masing selama 3 hari. Dalam Sidang
Presidium itu dibahas pelaksanaan dan evaluasi Keputusan-keputusan Sidang
Tahunan KWI. Presidium dibantu oleh Komisi-Kimisi yang mengolah, menjabarkan
dan menjalankan Keputusan-keputusan Sidang Tahunan tadi. Presidium terdiri dari
Ketua (dalam bahasa Inggris: President),
dua Wakil Ketua, seorang Sekretaris Jenderal, seorang Bendahara dan beberapa
anggota. Sekretaris Jenderal mengepalai Kantor KWI yang berlokasi di Jln. Cut
Mutiah 10, Menteng Jakarta Pusat. Tugas sehari-hari Sekretaris Jenderal
dilaksanakan oleh seorang Sekretaris Eksekutif, biasanya seorang imam. Tugas-tugas
Konferensi dijalankan dalam keseharian oleh Komisi atau Sekretariat yang
diketuai oleh seorang Uskup dengan seorang imam/ bruder/ suster/ awam sebagai
sekretarisnya dan dibantu oleh anggota-anggotanya.
Dalam tahun-tahun terakhir setiap Sidang
Tahunan selalu diawali dan ditutup dengan Rapat Presidium. Sidang sendiri
dimulai dengan tiga hari studi yang setiap tahunnya mendalami tema-tema
berbeda. Tema diusulkan peserta sidang tahun sebelumnya dan diputuskan dalam
salah satu Sidang Presidium.
2. Sidang
Tahunan tahun 2012 adalah sekaligus Sidang Sinodal. Setiap tiga tahun sekali
diadakan laporan pertanggung jawaban Presidium dan Komisi-komisi atas
kinerjanya selama tiga tahun terakhir. Pada hari sebelum penutupan sidang
diadakan pemungutan suara untuk meilih petugas-petugas baru, mulai dari Ketua
sampai dengan Ketua Komisi/ Sekretariat.
Tema hari-hari studi tahun 2012 adalah “Keterlibatan
Gereja dalam melestarikan keutuhan ciptaan”. Tema ini mencerminkan kepedulian
Gereja Katolik terhadap dipelihara dan dilestarikannya ciptaan Tuhan sehingga
manusia sebagai ciptaan tertinggi dapat hidup dengan nyaman dan sejahtera di
bumi ini bagaikan di rumahnya sendiri. Untuk memperluas wawasan dan mempertajam
pandangan peserta, diundanglah 3 pakar yaitu: Prof. DR. Emil Salim, DR. Maria
Ratnaningsih, SE, MA, DR. Samuel Oto Sidin, OFM. Cap. Prof. Emil Salim
berhalangan hadir karena pada hari beliau diharapkan hadir, beliau sebagai
penasihat Presiden bidang lingkungan hidup, harus berangkat bertugas ke Manila.
Dr. Maria Ratnaningsih, warga paroki Ciledug Jakarta, seorang pakar dalam
lingkungan hidup, asisten Prof. Emil Salim, menegaskan bahwa umat Katolik,
siapapun dia, bertanggung jawab karena imannya untuk memelihara dan
melestarikan ciptaan yang diciptakan Tuhan untuk menjadi berkat bukan kutuk
bagi sesama. Pater Samuel Oto Sidin, adalah seorang Imam Kapusin mantan
provinsial, yang menerima anugerah Kalpataru dari Presiden, karena berhasil
menghijaukan kembali sebuah bukit di Kalimantan Barat. Bukit yang semula gundul
beliau tanami dengan berbagai jenis pohon sehingga bukit menjadi penangkap air
dan jadi sumber mata air bagi masyarakat sekitarnya.
Hasil akhir dari tiga hari studi itu
adalah suatu seruan berupa “Pesan Pastoral Sidang KWI Tahun 2012 Tentang
Ekopastoral”. Teks dapat diakses melalui beberapa media dan sudah dikirimkan
kepada semua pastor paroki supaya disebarluaskan kepada umat dan masyarakat
pada umumnya. Seruan itu pada bagian akhir mengajak berbagai pihak dalam
masyarakat: para pengambil kebijakan publik, pelaku bisnis dan umat kristiani. Semua
diingatkan tanggung jawabnya masing-masing supaya dalam kegiatannya yang sah
tidak menciderai ciptaan sehingga mengakibatkan kesengsaraan bagi manusia. Dengan
demikian Pesan Pastoral ini bisa menjadi pintu masuk kedalam percakapan dengan siapa
saja yang berkaitan dengan pemeliharaan dan pelestarian lingkunagn hidup:
pemegang hak pengelolaan hutan, perkebunan monokultur seperti kelapa sawit,
pertambangan, hasil laut, penanggung jawab pengolahan limbah rumah tangga,
pabrik, maupun masyarakat umum.
Para peserta tiga hari studi itu di samping
para Uskup anggota KWI dan Uskup Emeritus, juga para imam/ awam, utusan dari
Keuskupan-Keuskupan. Mereka itu umumnya penggiat dalam Komisi Keadilan dan
Perdamaian serta Keutuhan Ciptaan (singkatan dalam bahasa Inggris: JPIC). Hadir mewakili Keuskupan
Banjarmasin, Pastor Jeremias L, CICM, pastor rekan paroki Stella Maris Sungai Danau,
yang akrab dengan maraknya penambangan batubara sampai di pemukiman penduduk.
3. Seusai
hari studi, para peserta pulang ke Keuskupan masing-masing dan para Uskup
melanjutkan sidang. Para Uskup Emeritus, Kardinal Darmaatmaja, SJ, Mgr. F.X.
Hadisumarta, O. Carm, juga pulang ke tempat masing-masing. Hanya Mgr. Blasius
Pujaraharja, mantan Uskup Ketapang bertahan sampai akhir sidang. Para Uskup Ketua
Komisi didampingi oleh Sekretaris Eksekutif Komisi melaporkan kegiatan selama 3
tahun terakhir. Disertakan pula evaluasi, rencana ke depan dan
rekomendasi-rekomendasi.
Di sela-sela laporan itu dibahas juga 2
naskah lain yaitu Pesan Natal Bersama PGI-KWI 2012 dengan judul “Allah telah
mengasihi kita”. Teks yang sudah diterima PGI dibahas lagi beberapa kali
dalam beberapa sidang sampai akhirnya
dihasilkan teks yang sampai kepada masyarakat luas karena dapat diakses di
beberapa sumber media. Pesan itu jangan hanya dibacakan pada saat perayaan Natal
bersama melainkan menjadi bahan permenungan sepanjang Tahun Iman dan
tahun-tahun selanjutnya.
Masih ada satu rancangan yang belum
matang untuk diterbitkan pada akhir sidang. Satu tim kecil dibentuk untuk
menyempurnakan teks sehingga sapaan pastoral kepada korban NARKOBA itu siap
diedarkan pada hari Anti Narkoba bulan Juni 2013 yang akan datang.
4. Dalam
Sidang Sinodal 2012 ini diadakan pula pemilihan petugas-petugas baru untuk tiga
tahun ke depan (2012-2015). Mereka yang sudah bertugas satu periode (2009-2012)
masih boleh terpilih untuk satu periode lagi. Sedangkan mereka yang sudah
menjabat dua periode berturut-turut (6 tahun) tidak diperkenankan lagi terpilih
untuk jabatan yang sama. Pemilihan tertutup, rahasia, tapi dijamin tanpa
politik uang. Karen jabatan itu tidak mengenal gaji, tunjangan, uang duduk dan
semacamnya. Paling penggantian uang transport dari tempat asal ke Jakarta dan
kembalinya! Demikianlah Mgr. Situmorang, OFM Cap Ketua sebelumnya tidak
terpilih lagi. Sebagai Ketua, terpilih Mgr. Ignatius Suharyo, Uskup Keuskupan
Agung Jakarta dan sekaligus Uskup TNI/ Polri dan saat ini merangkap
Administrator Apostolik Keuskupan Bandung (sejak kepindahan Mgr. Y. Pujosumarta
ke Semarang 2 tahun lalu, Keuskupan Bandung belum mempunyai seorang uskup). Bersama
Mgr. Ignatius Suharyo ada beberapa petugas baru, tetapi sebagian masih
melanjutkan dari periode sebelumnya (2009-2012). Demikianlah saya masih
dipercaya oleh rekan-rekan Uskup untuk duduk di Presidium sebagai anggota,
mengetuai Komisi Teologi dan melanjutkan pendampingan terhadap Pembaharuan
Karismatik Katolik Indonesia (PKKI) dengan menjadi Uskup Penasehat (Episkopal
Advisor) Badan Pelayanan Nasional Pembaharuan Karismatik Katolik Indonesia (BPN
PKKI).
Seperti diketahui dari 37 Keuskupan di
Indonesia, ada dua Keuskupan yang lowong, tanpa Uskup (bahasa Latin: sede vacante) dan dikepalai oleh pejabat
sementara yang mewakili Bapa Suci (Administrator Apostolik). Keuskupan Bandung
(Uskupnya dipindah ke Semarang) dijabat sementara oleh Uskup Agung Jakarta dan
Keuskupan Tanjung Karang (Lampung) yang lowong karena Mgr. Henrisoesanto pensiun
dipercayakan kepada Mgr. Aloysius Sudarso SCY, Uskup Agung Palembang sebagai “Administrator
Apostolik”.
Tiga tugas berbeda di KWI sekaligus di
samping tugas utama sebagai Uskup diosesan tentu saja memakan banyak waktu dan
tenaga. Namun pengalaman selama 3 tahun terakhir membuktikan bahwa para pastor
di paroki dan Komisi-komisinya masing-masing serta Dewan Harian Keuskupan (Curia) bekerja dengan sangat rajin dan
penuh dedikasi sehingga pelayanan kepada umat tidak terabaikan meskipun Uskup
diosesan termasuk Uskup yang “biasa di luar” alih-alih Uskup yang luar biasa. Terimakasih
kepada KWI atas kepercayaan yang diberikan, apresiasi, penghargaan yang tinggi
kepada para pastor dan umat atas kerjasama dan pengertiannya.
Selamat memasuki masa Adven dan
mempersiapkan Perayaan Natal 2012. Selamat menyongsong Tahun Baru 2013. Kita songsong
hari esok yang berisi, bermakna, serta mencerahkan. Tuhan memberkati kita,
usaha, pekerjaan kita.
Banjarmasin,
Pada Hari Raya Kristus Raja Semesta
Alam
25 November 2012
Mgr. Petrus Boddeng
Timang
Uskup
keuskupan Banjarmasin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar