Selasa, 13 Desember 2011

Surat Gembala Natal 2011


Dibacakan pada waktu Perayaan Ekaristi Hari Minggu Adven ke IV, di seluruh Gereja/Kapel Katolik Keuskupan Banjarmasin.

”Bangsa yang berjalan di dalam kegelapan telah melihat Terang yang besar.” (Yes 9:1a)

Surat Gembala Natal 2011
Mgr Petrus Boddeng Timang Uskup Keuskupan Banjarmasin

Para Pastor, Frater, Suster serta Saudara-saudari yang terkasih,

Sebentar lagi kita akan merayakan kembali peristiwa Natal, kelahiran Yesus Kristus Sang Juru Selamat dunia. KelahiranNya diharapkan menjadi tanda pembebasan yang menghancurkan akar kebencian, serta menumbuhkan damai dan keadilan.

Yesus lahir dalam masyarakat yang mengalami situasi sosial, politik, maupun ekonomi yang mencekam akibat penjajahan penguasa Romawi. Beban pajak begitu berat. Pemberontakan terjadi di mana-mana. Dalam situasi sosial yang seperti ini tidak ada suara kenabian. Allah seolah diam. Namun, kebisuan ini dipecahkan oleh suara Yohanes Pembaptis di padang gurun. Pesannya sederhana, namun tegas. "Allah murka terhadap umat-Nya dan mau menghukumnya.” Metafora yang disampaikannya sangat terkenal, dengan mempergunakan simbol kapak dan alat penampi yang siap menghancurkan umat manusia yang dikuasai dosa. Yohanes Pembaptis mengajak agar semua orang berubah dan mengarahkan hati kepada Allah! Dia mengajak dan menegur keras para pendosa, pelacur, pemungut pajak, dan militer untuk bertobat, meninggalkan masa gelap dan menatap masa depan (bdk. Luk. 3:12.14).

Kelahiran Yesus ibarat fajar keadilan di tengah kegelapan hati yang dikuasai kebusukan dosa. Kelahiran-Nya ke bumi menjadi tanda kasih sayang Allah kepada manusia. "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, maka Allah mengutus Yesus ke dunia, agar umat manusia memperoleh kehidupan yang kekal" (bdk. Yoh. 3:16).

Yesus lahir bagi mereka yang miskin, tertindas, tersingkir, telantar, para pendosa, orang-orang sakit dan susah. Setelah dewasa Yesus tampil di muka umum dan berkhotbah. Ia mengutip nubuat Nabi Yesaya 61:1-2 dan berkata, "Roh Tuhan ALLAH ada padaku, oleh karena TUHAN telah mengurapi aku; Ia telah mengutus aku untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang sengsara, dan merawat orang-orang yang remuk hati, untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan kepada orang-orang yang terkurung kelepasan dari penjara, untuk memberitakan tahun rahmat TUHAN dan hari pembalasan Allah kita, untuk menghibur semua orang berkabung."

Meski Yesus lahir lebih dari 2000 tahun yang lalu, namun hingga hari ini aroma ’keprihatinan’ masih terus menyeruak dalam kehidupan kita. Kemiskinan, ketertindasan, kekejaman, pengungsian, dan berbagai keprihatinan masih mewarnai dunia.

Semua itu bukanlah sekadar kebetulan. Sebenarnya, kemiskinan dan kemalangan, pranata sosial yang tidak adil dan menindas, kebobrokan zaman dan tatanan ekonomi dunia yang tidak adil merupakan buah kedosaan. Tidak bisa dipungkiri, kondisi gelap kehidupan itu merupakan akibat penjarahan oleh segelintir minoritas yang menjadi lebih kaya dan serakah, sementara kaum miskin menjadi lebih miskin dan tertindas.

Beban kehidupan yang menindas rakyat miskin merupakan bentuk ketidakadilan yang tersembunyi di balik selubung modernitas, ketimpangan yang menunggangi kemajuan teknokratis, dan keserakahan akan pengendalian harta yang bercokol dalam diri segelintir penguasa, konglomerat, dan elite politik yang tidak pernah memikirkan nasib rakyat, selain diri sendiri dan kelompoknya.

Dalam situasi dan kondisi itulah setiap merayakan Natal sebenarnya umat Kristiani diajak untuk berefleksi, "Sejauhmana segala bentuk kegiatan perayaan Natal dapat kita jadikan momen istimewa untuk semakin menyelaraskan diri dengan-Nya?" Jika aroma keprihatinan masih begitu dominan dalam kehidupan di sekitar kita kita, tidakkah kita umat Kristiani tergerak hati sekaligus terpanggil untuk ”menghadirkan fajar keadilan dalam kehidupan bersama?” Berbagi dengan sesama, solider terhadap saudara-saudara yang berkekurangan, rela berkorban demi kesejahteraan bersama. Itulah tugas yang kita emban, untuk mewujudkan makna Natal yang sejati, demi mewujudkan keadilan dan perdamaian dalam kehidupan bersesama. Tentu saja kita lakukan itu semua dengan umat beragama lain, dengan siapa saja yang berkemauan baik.

Itulah makna pesan Natal Bersama KWI dan PGI tahun 2011 ini, ”Bangsa yang berjalan di dalam kegelapan telah melihat Terang yang besar.” (Yes 9:1a). Dalam situasi kegelapan yang melanda kehidupan di dunai saat ini, Terang yang besar dan cemerlang sudah masuk ke dalam dunia. Terang itu Yesus Kristus, Juru Selamat, membawa pengharapan dan sukacita bagi semua orang.

Mulai bulan November tahun 2011 ini telah dilakukan sosialisasi sekaligus sensus umat dan pengisian kuesioner sebagai langkah awal pelaksanaan Sinode Keuskupan Banjarmasin tahun 2013 mendatang, untuk menyambut Perayaan Pesta Intan 75 Tahun Keuskupan Banjarmasin. Sinode tersebut bertujuan untuk menghasilkan keputusan-keputusan penting terkait arah dasar, visi misi serta perjalanan Keuskupan Banjarmasin di masa-masa yang akan datang. Kepada Para imam, suster, frater, biarawan/biarawati dan semua komponen umat Katolik di Paroki, Wilayah/Lingkungan/KBG hingga ke stasi-stasi di pedalaman Kalimantan Selatan, kami harapkan dukungan dan partisipasinya secara menyeluruh untuk menyukseskannya.
Di akhir November 2011 ini juga, bertepatan dengan permulaan Masa Adven 2011 telah dilaunching sekaligus disosialisasikan “Doa untuk Panggilan Calon imam”. Dukungan semua pihak pun sangat diharapkan untuk keberhasilan usaha ini demi kelangsungan pelayanan umat Katolik di Keuskupan kita. Karena di masa-masa mendatang, sangat dinanti-nantikan munculnya para imam dari daerah ini untuk melayani umat sekalian.

Akhirnya atas nama para imam, suster, frater, biarawan/biarawati yang berkarya di Keuskupan Banjarmasin ini saya mengucapkan ”Selamat menyambut Pesta Natal 2011 dan bahagia Tahun Baru 2012.”

Tuhan memberkati. Amin.



Banjarmasin, pada Pesta Pemberkatan Gereja Basilika Lateran, 9 November 2011



† Mgr Petrus Boddeng Timang
Uskup Keuskupan Banjarmasin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar