Rabu, 14 Desember 2011

14 Desember: Peringatan St. Yohanes dari Salib

St. Yohanes dari Salib

St. Yohanes dari Salib
Sang Pembaharu


St. Yohanes dari Salib dilahirkan oleh sebuah keluarga miskin dengan nama Juan de Yepes. Ia dididik oleh Yesuit, tetapi kemudian memutuskan untuk masuk ke Ordo Karmel di Medina pada tahun 1563 dan ditahbiskan sebagai imam 5 tahun kemudian. Yohanes kemudian berjumpa dengan St. Teresa Avila yang mengajaknya bergabung memperbaharui semangat spiritualitas Ordo Karmel melalui hidup doa dan puasa/pantang yang keras.

Selama masa pergolakan antara kaum pembaharu dengan anggota ordo yang lain, Yohanes mengalami berbagai penekanan dari rekan-rekannya sesama anggota Ordo seperti dipermalukan, diculik, dipenjara, dll. Ketika berada di penjara, Yohanes mendapatkan berbagai pengalaman mistik yang membuatnya mampu menggubah kidung-kidung dan puisi mistik serta memperoleh hikmat pengertian yang luar biasa dalam memahami ajaran Kristus. Pengetahuan ini kemudian ditulis dalam buku-bukunya yang terkenal seperti "Malam Gelap Jiwa", "Mendaki Gunung Karmel", "Madah Rohani".

Akibat dari proses pembaharuan tersebut, Ordo Karmel Tak Bersepatu secara resmi dipisahkan dari Ordo Karmel Bersepatu pada tahun 1580. Selama beberapa tahun Yohanes sempat menjadi pembimbing di biara Karmel di Avila dimana St. Teresa menjadi pemimpin biara.

Yohanes meninggal dunia  pada tahun 1591 di Ubeda,  setelah mengalami sakit. St. Yohanes dikanonisasi pada tahun 1726 dan pada tahun 1926 dinyatakan sebagai Doktor Gereja oleh Paus Pius XI.

Jiwa pembaharuannya pantas kita teladani. bukankah Gereja senantiasa harus diperbaharuai? Ecclesia semper reformanda? Lantas, pembaharuan yang bagaimana? Yang asal merubah (mungkin seperti yang dialami oleh bangsa kita, sehingga akhirnya menimbulkan kekacauan - instabilitas - dengan bungkus demokrasi)? St Yohanes dari Salib menjadi seorang pembaharu karena keterbukaannya pada Allah. Pengalaman akan Allah-nyalah yang membuatnya mempunyai jiwa/ semangat pembaharuan.

inilah tugas kita bersama. Sinode bukan sebagai sarana asal "merubah" sehingga nampak ada yang baru. namun, keterbukaan akan kehendak Allah, (orang jawa mengatakan: 'neges kersaning Allah') menjadi landasan kita bersama. Oleh sebab itu, mari kita cermati 'kehidupan Keuskupan ini' dengan terang iman. Kuisioner, sensus, hasil pra-sinode, sumber2 lainnya harus kita lihat dalam terang iman. Karena itu, Sinode bukanlah hanya sekedar hasil musyawarah semata, namun lebih2 merupakan sebuah proses Rfleksi iman kita semua.

Bagaimana itu? Itu menjadi tugas dan tanggung jawab kita semua.St Yohanes dari Salib bisa menjadi teladan pembaharuan kita.

Tuhan memberkati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar