Yesus di Kaisare |
Ada seorang pastor yang bertanya kepada umatnya, "Menurut kalian, siapakah saya?" Umat berebut menjawab, "Pastor itu ganteng orangnya, selalu rapi berpakaian, kalau bicara santun." Karena belum puas dengan jawaban itu, lantas sang Pastor bertanya kepada kosternya hal yang sama. Sang koster lantas menjawab, "Pastor itu tidak bisa makan yang pedas-pedas, kalu membuat kopi, gulanya 1 sendok kecil, waktu tidur siang tidak bisa diganggu." Koster itu mengenal pastor lebih mendalam. Lebih mendalam karena ia hidup bersama pastor itu. Ia tinggal bersama, menjumpainya setiap hari.
Injil kari ini mengisahkan bagaimana ketika di Kaisarea Yesus bertanya kepada para murid, "Kata orang, siapakah Anak Manusia itu?" Dengan kata lain, Yesus mau mengatakan, siapakah Aku menurut orang-orang? Para murid lantas menjawab, "Ada yang mengatakan Yohanes Pembaptis, ada yang mengatakan Elia, ada yang mengatakan salah seorang dari nabi yang lain." Mereka ini adalah tokoh-tokoh besar, baik dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru. Tapi, mereka hanya memiliki jabatan kemanusiaan, karena mereka hanyalah seorang nabi, tidak lebih. Dengan menyamakan Yesus dengan mereka, berarti orang-orang belum mengenal Yesus, karena mereka tidak mampu menangkap status illahi Yesus. Karena itu Yesus sekali lagi bertanya kepada mereka, "Menurut kamu, siapakah Anak manusia itu?" Yesus tidak lagi bertanya berdasarkan pendapat orang, tapi berdasarkan pendapat mereka sendiri. berdasarkan pengenalan mereka sendiri. Simon Petrus bereaksi begitu cepat, "Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup." Jawaban Petrus inilah yang ungkapkan keillahian Yesus.
Melalui Injil ini Yesus menghendaki agar pengenalan kita akan Dia lahir dari sebuah pengenalan pribadi. Bukan kata orang. Bukan berdasarkan perbuatan Yesus terhadap orang lain. Tapi yang lahir dari pengalaman pribadi kita denganNya. Karena kita sendiri mengalami hidup bersama Dia. Yesus menghendaki pengakuan yang bukan sekedar berasal dari pengetahuan saja, tetapi pengakuan yang lahir dari hubungan pribadi kita dengan Yesus.
Pengenalan mempengaruhi jenis kita berelasi atau bersikap. Saat kita mengenal orang lain sebagai pemarah, maka kita akan cenderung menjauh, menghindar darinya. saat kita mengenal seseorang sebagai pribadi yang hangat, ramah, maka kita akan merasa nyaman dekat dengannya. Saat kita mengenal Tuhan sebagai yang mencintai kita terlebih dahulu, maka kita akan melakukan banyak hal sebagai ungkapan cinta kita pada Tuhan. hari ini kita disadarkan bahwa semakin sering kita berelasi: dalam doa, ekaristis, dalam sakramen tobat, melalui sabdaNya; maka semakin dalam kita mengenalNya. Tuhan memberkati anda. Selamat berhari Minggu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar